History Education: ASAL-USUL PERSEBARAN NENEK MOYANG DI INDONESIA




HISTORY EDUCATION



Friday, 7 June 2013

ASAL-USUL PERSEBARAN NENEK MOYANG DI INDONESIA


Asal Usul Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Manusia purbe berkembang dalam hal Budaya, Biologi, dan geografi. Species Homo erectus yang ditemukan di Indonesia sekitar 2 juta tahun lalu, ketika curah hujan di dataran Sunda dan Sahul sangat besar
Kehidupan Awal Manusia
Sejarah perkembangan bumi berdasarkan kulit bumi
1.       Zaman Arkaekum:                  
Bumi masih dalam proses pembentukan menjadi padat, suhu bumi sangat tinggi. TIdak ada kehidupan sama sekali
2.       Zaman Paleozoikum:            
Suhu bumi mulai mendingin, mulai muncul tanda tanda kehidupan, mikroorganisme, sedikit ikan, reptile.
3.       Zaman Mesozoikum:            
Perkembangan mahluk hidup mulai berkembangan dengan pesat. Mulai muncul berbagai jenis ikan dan reptile, serta reptile raksasa.
4.       Zaman Neozoikum:
Kehidupan berkembang lebih pesat sehingga dibagi menjadi 2
a.       Zaman Tertier:
Mulai Berkembang pesat mahluk hidup, tanaman hijau, berbagai kera, babi, kuda, Gigantropus.
b.      Zaman Kuarter:              
Zaman penting. Tanda tanda kehidupan manusia mulai muncul. Zaman ini dibagi menjadi 2 lagi
·         Kala Plestocen:           
Disebut juga zaman es. Mulai muncul manusia Purba, suhu bumi sangat rendah hanya yang memiliki rambut tebal di seluruh tebal dapat bertahan.
·         Kala Holocen:              
Disebut juga zaman banjir. Mulai muncul manusia cerdas, mulai memikirkan cara beradaptasi.
Dari zaman Plestocen ke Holocen banyak daratan yang terpisah, termasuk daratan Indnesia. Indonesia bagian barat terpisah dari Asia disebut paparan sunda. Sedangkan Indonesia bagian timur terpisah dari Australia membentuk paparan Sahul. Perpindahan ini mungkin disebabkan karena naiknya air laut akibat es yang mencair.
Perkembangan Kebudayaan Masyarakat Awal Indonesia pada Zaman Batu
Zaman Paleolithikum (berlangsung selama kala Holocen)
·         Ciri Kehidupan
a.       Hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan, serta menangkap ikan
b.      Alat masih kasar
c.       Berpindah – pindah (nomaden)
d.      Hidup berkelompok (3-10 orang)
·         Hasil Kebudayaan
a.       Kebudayaan Pacitan
                         i.      Kapak genggam
                        ii.      Kapak perimba
                      iii.      Alat serpih
b.      Kebudayaan Ngandong
                         i.      Alat dari tulang dan tanduk rusa (penusuk, pengorek, dsb)
                        ii.      Flakes/serpih bilah dari batu indah
                      iii.      Lukisan di gua berupa tapak tangan dan babi hutan
·         Pendukung Kebudayaan
a.       Pithecanthropus erectus
b.      Megantropus paleojavanicus
c.       Homo soloensis
d.      Homo wajakensis
Zaman Mesolithikum (berlangsung selama kala Plestocen)
·         Ciri Kehidupan
a.       Hidup semi sedenter
b.      Pengembangan dari alat – alat zaman Paleolithikum
c.       Bercocok tanam dengan sederhana, dan dilakukan berpindah – pindah.
·         Hasil Kebudayaan
a.       Kebudayaan Pebble
                         i.      Kjokken moddinger
                        ii.      Pebble
                      iii.      Hachecourt
b.      Kebudayaan bone
                         i.      Banyak ditemukan alat – alat dari tulan
c.       Kebudayaan Flakes
                         i.      Abis sous roche
                        ii.      Flakes dan ujung panah dari batu indah
d.      Kebudayaan Bac Son hoa Binh
                         i.      Kebudayaan pebble dan perunggu
·         Pendukung Kebudayaan
a.       Homo sapiens ras Papua melanosoid.

Di Jaman Mesolithikum Terjadi gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam, melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia


Zaman Neolithikum (Dijadikan dasar kebudayaan Indnesia karena penginggalan kebudayaan zaman ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia)
·         Ciri Kehidupan
a.       Hidup dengan bertempat tinggal di rumah sederhana / mulai membentuk perkampungan
b.      Hidup dengan bercocok tanam dan beternak
c.       Alat – alat sudah halus
·         Hasil Kebudayaan
a.       Kapak persegi
b.      Kapak batu
c.       Kapak lonjong
d.      Alat – alat perhiasan
e.      Tembikar
f.        Gerabah
·         Pendukung Kebudayaan
a.       Homo sapiens ras proto melayu (pendukung kebudayaan kapak persegi)
b.      Homo sapiens ras Papua Melanosoid (pendukung kebudayaan kapak lonjong)

Pada jaman Neolithikum terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong.

Zaman Megalithikum
·         Ciri Kehidupan
a.       Dapat membuat kebudayaan dari batu – batu besar
b.      Mulai mengenal system kepercayaan
c.       Berkembang sejak zaman Neolithikum sampai zaman perunggu
·         Hasil Kebudayaan
a.       Menhir
b.      Dolmen
c.       Sakrofagus
d.      Waruga
e.      Punden berundak
f.        Peti kubur batu
·         Pendukung Kebudayaan
a.       Homo sapiens ras proto melayu
b.      Homo sapiens ras Papua Melanosoid

Pada jaman Perundagian ini terjadi perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu ) dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam, termasuk indonesia.
Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal dari donson teluk tonkin)
(http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/12/asal-usul-dan-persebaran-nenek-moyang.html (pukul 05 41sabtu 2-2-2013)
Perkembangan budaya zaman logam
Dibagi 3:
·         Tembaga
·         Perunggu
·         Besi
Teknik pengolahan logam
1.       Teknik Bivalve (Teknik menggunakan 2 cetakan)
Proses: 2 cetakan disediakan à ikat cetakan yang satu dengan yang lain namun sisakan rongga à isi rongga dengan cairan perunggu à kemudia dinginkan dan bekukan cairan à setelah beku, kedua cetakan dilepas à jadilah benda perunggu.
2.       Teknik A cire Perdue (Teknik menggunakan model lilin)
Proses: Sediakan model dari lilin à lilin dilapisi dengan tanah liat dan bagian bawah diberi lubang à llin dan tnah liat dipanasi hingga meleleh à seteleh lilin meleleh maka ada rongga dalam tanah liat à rongga diisi cairan perunggu à tunggu cairan beku à lapisan tanah liat dibuang à jadi benda perunggu.
Kala
Jenis Manusia
Kala Holocen
Homo Sapiens (manusia cerdas)
Kala Plestocen atas
Homo Soloensis

Homo Wjakensis
Kala Plestocen tengah
Pithecantropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
Kala Plestocen bawah
Pithecantropus robustus (manusia kera yang kuat)
Pithecantropus mojokertensis (manusia kera dari mojokerto)
Megantrophus paleojavanicus (manusia kera besar dari Jawa)

Nenek moyang Indonesia dan persebarannya
Nenek moyang kita berasala dari Yunan selatan. Orang – orang itu bermigrasi dari pulau ke pulau dengan perahu bercadik untuk sampai ke pulau pulau sebelah selatan (AUSTRONESIA).
Austro = Selatan ; Nesia = Pulau.
Orang – orang yang berlayar sampai ke kepulauan nusantara disebut bangsa melayu.
Bangsa Indonesia termasuk ras Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3 subras yaitu:
1. Asiatik Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2. Malayan Mongoloid (Melayu)
3. American Mongoloid (Suku Indian)
Sebelum bangsa Melayu Austronesia masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan Negrito. Kedua suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin kemudian menyebar ke Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.
Bangsa Melayu
·         Dari arah Yunan selatan (bangsa Proto melayu)
·         Dari arah dongson (Bangsa Deutero melayu)

Proto Melayu
Deutero Melayu
Waktu Masuk
Masuk 1500 SM
Masuk 500 SM
Jalur Masuk
Melalui 2 jalur
·         Barat: melayu à Sumatra
·         TImur: filiphina à sulawsi utara
Melalui Jalur Barat: melayu à Sumatra

Masa kebudayaan
Neolithikum
Zaman Perunggu
Peninggalan
·         Kapak persegi (dari barat)
·         Kapak Lonjong (dari timur)
·         Kapak Corong
·         Nekara
Keturunan
Batak & Toraja
Jawa, sumatera, & Kalimantan

Ras Di Indonesia dibagi menjadi 2:
Ras Mongoloid
Ras Austromelanosoid
·         Orang – orang yang tinggal di utara & barat
·         Bangsa proto melayu dan deuteron melayu masuk dalam ras ini.
·         Ciri – cirri:
1.       Kulit: Kuning – kecoklatan
2.       Mata: Agak sipit
3.       Hidung: Sedang
4.       Bentuk wajah: Bulat
5.       Dahi: lurus
·         Orang – orang yang tinggal di utara & barat
·         Bangsa proto melayu dan deuteron melayu masuk dalam ras ini.
·         Ciri – cirri:
1.       Kulit: kecoklatan - gelap
2.       Mata: bulat
3.       Hidung: besar
4.       Bentuk wajah: lonjong
5.       Dahi: menonjol ke depan

*      Pengaruh Budaya Bacson Hoabinh dan Dongson dengan perkembangan budaya masyarakat di kepulauan Indonesia
Masuknya kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan Sungai Merah, sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan. Ada pada tahun 40.000 SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari zaman Pleistosein akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya), Neolithikum (batu halus), dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan tersebut:
Jalur barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi
Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.

A. Budaya Bacson-Hoabinh
Diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM. Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Ditemukan dalam  penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh. Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua sisi permukaannya. Batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan dan seringkali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah Lhokseumawe dan Medan.
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak Pendek membawa kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang letaknya saling berdekatan.
Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut menunjukkan kebudayaan Mesolitikum. Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Terdapat pula kapak yang sudah diasah tajam, hal ini menunjukkan kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara kapak tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek. Mme Madeline Colani, seorang ahli prasejarah Perancis menyebutkan/ memberi nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand. Di Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoid dan Europaeide. Selain itu ada jenis Mongoloid dan Australoid.
Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa yang daerah penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan Mesolitikum yang belum di asah (pebbles).
Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh Kepulauan Indonesia.
Ciri khas alat kebudayaan Bacson-Hoa Bihn adalah penyerpihan pada satu sisi atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepinya menjadi bagian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk seperti lonceng, segi empat, segitiga dan beberapa diantaranya ada yang mempunyai bentuk berpinggang. Menurut C.F Goraman penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalm pengalian di pegunungan kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoa-Bihn.
hasil kebudayaan di Vietnam, antara lain :
             alat serpih (flakes)
            alat dari tulang (pisau, mata tombak, mata panah, gurdi)
B. Budaya Dong Son
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang pertama.Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM. Bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam.
                Di daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu diperkirakan berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat di Indonesia. Meskipun benda-benda perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong (corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai atau pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombok bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat prasejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil) ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia daa terbanyak nekara ditemukan  di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan. Nekara yang penting ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian dianasti Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah).
Selain nekara ditemukan juga benda-benda  perunggu lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan. Bagi Indonesia penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat penting. Hal ini dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son, bukan  mendapat pengaruh budaya logam dari Cina maupun India.
Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang digunkan. Contoh: Nekara Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam, dimana nekara ini memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan dan pola geometris. Dari penemuan benda budaya Dong Son diketahui cara pembuatannya dengan menggunakn teknik cetak lilin.
Masa ini telah terjadi tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu Semenanjung Malaya. Pembawa kebudayaan ini adalah  bangsa Austronesia. Pendapat tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
- Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
- Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan candrasa.
Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:
-   Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak Pedalaman
-   Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga dan Lombok

PERBEDAAN BUDAYA BACSON HOABINH DAN DONGSON
·      BACSON HOABINH
1.       Hidup semi nomaden
2.       Zaman batu
3.       Ditemukan Kapak Genggam Mesolithikum
4.       Ditemukan Hache Courti ( Kapak pendek ) berbentuk bulat dan panjang
5.       Ditemukan batu gilingan kecil untuk menggiling makanan dan bahan pewarna untuk berhias
6.       Ditemukan Kapak Proto Neolithikum ( halus )
7.       Seni lukisan pada gua dan kapak
·      DONGSON
1.       Zaman logam
2.       Meningkat tajam kehidupan sosial manusia
3.       Meningkatnya penggunaan logam ( besi dan perunggu)
4.       Seni arca dari logam dengan tehnik cetakan lilin
5.       Seni nekara dari logam dengan tehnik setangkup
6.       Ditemukan Kapak Perunggu, Bejana Perunggu, dll.
7.       Ditemukan Cangkul Besi, Mata Pisau, dll.

                C. Kebudayaan Sa Huynh
 
Perkembangan, Pengaruh, Peradaban, Alat-alat, Penemuan, Ciri-ciri, Persebaran - Selain kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Dong Son yang berada di utara Vietnam, ada pula kebudayaan yang berhubungan dengan masyarakat Indonesia purba, yaitu kebudayaan Sa Huynh di selatan Vietnam. Budaya Sa Huynh didukung oleh kelompok sosial yang berbahasa Cham (Austronesia) yang diperkirakan berasal dari Indonesia. Penduduk yang mendiami wilayah Sa Huynh ini diperkirakan berasal dari Semenenjung Melayu atau Kalimantan.

Seorang arkeolog Vietnam mengemukakan bahwa sebelum munculnya budaya Sa Huynh atau budaya turunan langsung dari Sa Huynh, daerah Vietnam Selatan telah didiami oleh bangsa yang berbahasa Austronesia. Orang-orang Cham (Campa) pernah mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh budaya India. Kemudian mereka dikalahkan oleh ekspansi yang dilakukan oleh penduduk mayoritas Vietnam sekarang. Mereka yang tetap bertahan menjadi kelompok minoritas.

Keberadaan masyarakat Cham di dekat pusat-pusat penemuan benda-benda logam di Vietnam Utara pada akhir masa prasejarah ini memiliki arti yang sangat besar bagi masyarakat Indonesia. Mereka adalah kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa Austronesia dan memiliki kedekatan fisik dengan orang Indonesia.

Kebudayaan Sa Huynh yang diketahui hingga kini kebanyakan berbentuk kuburan tempayan, yakni jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar. Penguburan jenis ini merupakan adat yang mungkin dibawa oleh orang-orang Chamgelombang pertama ke Indonesia karena penguburan dalam tempayan tak terdapat pada kebudayaan Dong Son atau yang lain yang sezaman di daratan Asia Tenggara.

Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai, mulai dari Vietnam Tengah selatan hingga ke delta lembah Sungai Mekong. Budaya Sa Huynh banyak memiliki kesamaan dengan peninggalan yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi. Hal ini diperkuat dengan adanya kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan (disebut “Lingling O”) dan jenis anting-anting yang khas atau bandul kalung dengan kedua ujungnya berhiaskan kepala hewan (mungkin kijang) yang ditemukan di sejumlah daerah di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan Serawak.

Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan mencakup berbagai perkakas yang bertangkai corong, seperti sekop, tembilang, dan kapak. Ada pula yang tidak memiliki corong, seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin dan gelang berbetuk spiral. Teknologi pembuatan perkakas-perkakas dari besi di wilayah Sa Huynh diperkirakan berasal dari Cina.

Perkakas besi ternyata lebih banyak dipergunakan dalam budaya Sa Huynh dibanding dalam budaya Dong Son. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Sa Huynh berupa perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula beberapa manik-manik emas yang langka, manik-manik kaca dari batu agate bergaris, manik-manik Carnelian (bundar, seperti cerutu), dan kawat perak. Kebudayaan Sa Huynh ditafsir berlangsung antara tahun 600 SM hingga awal Masehi.






BAB V KEDATANGAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

A.       ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Untuk mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita bisa melalui 2 cara, yaitu melalui persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok tanam. Merujuk pada bidang linguistik, bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, kesimpulan ini diambil berdasarkan bukti kesamaan artefak prasejarah yang ditemukan diwilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM masyarakat di wilayah itu, telah mengenal bercocok tanam.
Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti:
1.        Prof. Dr. H. Kern
Dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa-bahasa yang digunakan di daerah daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah-daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama binatang dan alat-alat perang.
2.        Van Heine Geldern
Berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalanpeninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
3.        Prof. Mohammad Yamin
Berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefakartefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba?

4.        Hogen
Berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Banga ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa-bangsa ini hingga sekarang menempati daerahdaerah Indonesia bagian timur dan daerah-daerah Australia.
Sementara, sekitar tahun 1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang berada di Campa terdesak oleh bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Mereka berpindah ke Kamboja dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semenanjung Malaka dan
daerah Filipina. Dari Semenanjung Malaka, mereka melanjutkan perjalanannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sedangkan mereka yang berada di Filipina melanjutkan perjalanannya ke daerah Minahasa dan daerah-daerah sekitarnya.
Bertitik tolak dari pendapat-pendapat di atas, terdapat hal-hal yang menarik tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan dan Campa. Argumen ini merujuk pada pendapat Moh. Ali dan Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM – 1500 SM terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa di Yunan dan Campa sebagai akibat desakan bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Argumen ini diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama binatang, dan nama peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Argumen ini merujuk pada pendapat Mohammad Yamin yang didukung dengan penemuan fosil-fosil dan artefak-artefak manusia tertua di wilayah Indonesia dalam jumlah yang banyak. Sementara, fosil dan artefak manusia tertua jarang ditemukan di daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang ditemukan di Cina dan diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari Indonesia, merupakan satu-satunya penemuan fosil manusia tertua di daratan Asia.

Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Oleh karena itu, bangsa Melayu ditempatkan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Argumen ini merujuk pada pendapat Hogen.
 5. Williem Smith
       Berpendapat bahwa asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia.
6.       Drs. Moh. Ali
Berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan, China. Pendapat ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa luar sehingga mereka pindah ke selatan , termasuk ke Indonesia.


7.      Prof. Dr. Krom
Menyatakan bahwa masyarakat awal bangsa Indonesia berasal dari ChiNA tengah karena daerah Cina Tengah banyak terdapat sumber sungai besar.
8.      Dr. Brandes
Berpendapat bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki persamaan dengan bangsa-bangsa yang bermukim di daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara Pulau Formosa di Taiwan, sebelah barat Pulau Madagaskar; sebelah selatan yaitu Jawa, Bali; sebelah timur hingga ke tepi pantai bata Amerika. Brandes melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan bahasa.
9.      Max Muller
Berpendapat lebih spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia Tenggara. Namun, alasan Muller tak didukung oleh alasan yang jelas.
10.     Mayundar
Berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan bahasa Muda di India bagian timur.




0 comments:

Post a Comment

 
COPYRIGHTED © NEENA NARENDRA DAFFA | RENNAFA.BLOGSPOT.COM | 2013 ALL RIGHTS RESERVED