History Education: April 2014




HISTORY EDUCATION



Tuesday 22 April 2014

PEMBABAGAN JAMAN PRAAKSARA BERDASARKAN ARKEOLOGI



ASSALAMU'ALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARAKAATUH...
Salam sejahtera bagi kita semua! Hi, Hello my friend's,, Long time no see,,maaf karena kesibukanlah aku jarang update di blog ini. Kali ini aku datang lagi untuk meneruskan perjalanan materiku (hehehehe),lanjutan dari materi sebelumnya. Kali ini tentang jaman batu, sebenarnya di jaman batu ini unik semua, mulai dari kehidupan manusianya hingga hasil peninggalannya.
So let's check this out aja deh,,SELAMAT MEMBACA, Kutunggu kritik dan sarannya yaaa :)

PEMBABAGAN ZAMAN PRAAKSARA BERDASARKAN ARKEOLOGI ATAU PENINGGALANNYA


Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peninggalan-peninggalan masa lampau/artefak.
Berdasarkan benda-benda peninggalannya, zaman praaksara dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu zaman batu dan zaman logam.

1. ZAMAN BATU

Zaman batu terbagi menjadi empat zaman sebagai berikut:
a.
ZAMAN BATU TUA (PALAEOLITIKUM)


Ciri-ciri kehidupan zaman batu tua, antara lain:
hidup berpindah-pindah (nomaden)
berburu, dan mengumpulkan bahan makanan yang disediakan alam (food gathering)
Perlaatan pada zaman batu tua dibuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah
Alat dari batu ini dibuat dengan cara membenturkan batu yangs atu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat
Menurut Teuku Jacob, pada zaman Batu Tua telah terdapat bahasa sebagai alat komunikasi, meskipun dalam tingkat sederhana.

Berdasarkan empat penemuannya, zaman batu tua terbagi atas kebudyaaan pacitan dan kebudayaan ngandong.

1) Kebudayaan pacitan
Peralatan yang dihasilkan kebudayana Pacitan adalah kapak genggam dan alat penetak (chopper), kebudayaan pacitan ditemukan oleh Ralph von koenigswald pada tahun 1935, selain itu pacian, alat-alat tersbeut ditemukan pula di beberapa daerah di Indonesia, seperti Sukabumi (Jawa Barat). Arigi, Gombong (Jawa Tengah), Lahat (Sumatera Selatan), Lampung, Bali, Sumbawa, Flores, dan Sulawesi Selatan. Alat-alat tersebut ditemukan pada lapisan yang sama dengan diemukannya fosil Pithecanthropus Erectus.

Kapak genggam. Yang banyak ditemukan di daerah Pacitan.


Alat penetak (Chopper) yang digunakan manusia purba untuk memotong kayu.

Fosil tengkorak Pithecanthropus Erectus.



2) Kebudayaan Ngandong
Perlaatan yang dihasilkan kebudayaan Ngandong adalah Flakes (alat serpih) berupa pisau atau alat penusuk.
Selain itu, ditemukan pula peralatan dari tulang dan tanduk berupa belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi, tanduk menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan pari yang diruncingkan.
Alat-alat tersbeut juga diemukan di daerah lain, seperti sangiran dan sragen (Jawa Tengah). Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo Wajakensis. Kedua fosil manusia purba tersebut ditemukan pada lapisan tanah yang sama dengan peralatan kebudayaan Ngandong. Kapak Batu pada jaman Paleolitikum yang ditemukan di Jawa. Berikut adalah gambar Alat serpih (Flakes) :



B. ZAMAN BATU TENGAH (MESOLITIKUM)


Ciri khas zaman batu tengah :
kjokkenmoddinger dan abris sous roche.
Kjokkenmoddinger dan abris sous roche pertama kali diteliti dan ditemukan oleh Van Stein Callenfels pada tahun 1925.
Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa tumpukan kerang yang banyak ditemukan di sepanjang pantai timur sumatera. Abris sous roche adalah gua tempat tinggal yang ditemukan didaerah Lomoncong / kebudayaan Toala di Sulawesi Selatan, Kebudayaan Batu Tengah juga disebut kebudayaan Boson-Hoabinh.

Berikut adalah gambar dari Abris Sous Roche (Gua tempat tinggal manusia purba) :



Dapur Sampah(Kjokkenmoddinger) yang paling banyak ditemukan di sepanjang pantai Sumatra Timur



Ciri-ciri kehidupan zaman batu tengah adalah peralatan yang digunakan terbuat dari batu yang telah diasah bagian yang tajamnya.
Zaman ini merupakan peralihan dari zaman batu tua (Paleolitikum) ke zaman batu baru (neolitikum):
ciri-cirinya:
Cara hidup pada zaman batu tengah adalah sebagian masih fod gathering dan berburu
sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-umbian.
Pada masa ini, manusia purba telah menjinakkan hewan dan menyimpan hewan buruan sebagai langkah awal untuk berternak.
Mereka juga telah membuat gerabah dan mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua). Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah dan gambar babi rusa yang tertancap panah ( di Gua Leang-Leang, Sulawesi Selatan).
Peneliti terhadap lukisan-lukisan gua dilakukan oleh Heekeren Palm pada tahun 1950 di sebuah gua di ulau Muna. Dia menemukan berbagai lukisan manusia, kuda, rusa, buaya, dan anjing. Di Maluku dan Papua di temukan lukisan gua dalam bentuk gambar cap tangan, kadal, manusia, burung, perahu, mata dan matahari.
Menurut van stein callenfels, kebudayaan Indonesia zaman Mesolitikum terbagi dalam tiga bagian, yaitu bone culure di Sampung dan Ponorogo, flakes culture di Toala, Timor dan Rote dan pebble culture di Sumatera Timur.

1) Bone Culture)

Penelitian terhadap bone culture dilakukan oleh van stein callenfels pada tahun 1928-1931 di sampung dan Ponorogo. Peralatan tersebut demikan bersama dengan penemuan abris sous roche. Dan fosil dari jenis manusia Papua Melanosoid yang merupakan nenek moyang orang Papua. Peralatan dan fosil sejenis ditemukan pula di Besuki dan Bojonegoro.


Bone culture

2) Flakes Culture

Peralatan berupa alat serpih atau flakes culture telah ada sejak zaman batu Tua. Alat serpih menjadi sanga penting pada zaman batu tengah sehingga memunculkan corak tersendiri, terutama setelah mendapakan pengaruh dari budaya daratan. Flakes culture diteliti oleh dua orang peneliti dari Swiss, yaitu Fritz Sarasin dan Paul diteliti oleh dua orang peneliti dari Swiss, yaitu Fritz Sarasin dan Paul Sarasin pada tahun 1893-1896. Kedua peneliti tersebut melakukan penelitian di Sulawesi Selatan. Peralatan sejenis juga ditemukan di daerah lain, yaitu Bandung, Flores, NTT, dan Timor, Flakes culture merupakan pengaruh dari Asia daratan yang masuk ke Indonesia melalui jalur timur, yaitu Jepang, Taiwan, Filipina, dan Sulawesi


Flakes atau alat serpih

3) Pebble Culture

Pebble culture adalah peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hache courte), batu penggiling, dan pisau. Pebbl culture diteliti oleh yan Stein Callenfels pad atahun 1925. Dia melakukan penelitian di pesisir Pulau sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama kjokkenmoddinger. Pebble culture merupakan pengaruh dari kebudayaan Bacson-Hoabinh (Indocina) yang masuk ke Indonesia melalui halur barat, yaitu Malaka dan Sumatera.

Lukisan tangan pada dinding gua yang dibuat oleh manusia purba.


Lukisan cap tangan di dinding gua

C. ZAMAN BATU BARU ( NEOLITIKUM)


Ciri-ciri zaman batu baru antara lain :
sudah hidup menetap
makanan diproduksi sendiri dan telah diolah (food producing),serta hidup dari hasil bercocok tanam
Peralatan pada zaman Batu mulai telah diasah halus
Pada zaman ini terjadi revolusi kehidupan, yaitu perubahan dari kehidupan nomaden dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing
Menurut hasil penelitian, manusia purba pada zaman ini telah berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu Polinesia.
Pada akhir zaman ini telah dikenal system kepercayaan dalam bentuk animism (kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib). Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah mati.
Oleh karena itu, mereka mengadakan berbagai upacara terutama untuk kepala suku. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain. Selain itu dibangun berbagai monument sebagai peringatan. Monumen tersebut rutin diebri sesajen agar arwah leluhur yang meninggal melindungi dan ikan kesejahteraan bagi sukunya.
Berdasarkan peralatannya, Kebudayaan zaman batu baru dibedakan menjadi kebudayaan kapal eprsegi dan kapak lonjong, penanaman tersebut berasal dari Heine Geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong.

1) Kebudayaan Kapak Persegi
Kebudayaan kapak persegi berasald ari Asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat, yaitu melalui Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,d an Nusa Tenggara. Kapak persegi dibuat dari batu api kalsedon. Kapan persegi dibedakan menjadi dua ukuran, yaitu ukuran kecil (berfungsi sebagai kapak) dan ukuran besar (berfungsi sebagai eliung atau cangkul). Dibeberapa daerah di Indonesia ditemukan bekas-bekas pusat kerajinan kapak persegi, seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi , Purwakarta, Tasikmalaya (Jawa Barat), dan Pacitan (Jawa Timur). Kebudayaa kapak persegi didukung oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua) yang bermigrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 SM.


Kapak persegi.

2) Kebudayaan Kapak Lonjong
Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeil) dan kecl (kleinbeil).
Kleinbeil biasanya digunakan sebagai benda wasiat. Kapak lonjong sering disebut dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas didaerah Papua dan dipakai oleh bangsa Papua Melanosoid. Kapak lonjong umumnya terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman.


kapak lonjong

d. ZAMAN BATU BESAR (MEGALITIKUM)

Zaman batu besar berlangsung dari zaman batu baru hingga zaman perunggu. Manusia pada zaman ini mulai mengenal system kepercayaan. Hasil peninggalan zaman Batu Besar, antara lain sebagai berikut :
Menhir adalah tiang / tugu batu besar sebagai tanda peringatan untuk menghormati roh nenek moyang,. Menhir ditemukan di Pasemah (Riau), Bada (Sulawesi Tengah), Banten, Bali, NTT, Jawa Timur dan Kalimantan



Dolmen adlaah meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji. DOlmend itemukan di Sumba. Dan Sumatera Selatan



Peti Kubur Batu adalah tempat mengubur mayat yang etrdiri atas papan-papan batu yang ditanam dalam tanah dan diberi tutup. Biasanya batu yang digunakan adalah batu pipih.



Waruga adalah peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan tertutup ditemukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah



Sarkofagus (keranda) adalah lesung batu yang dipergunakan sebagai tempat mayat dan diberi tutup. Ditemukan di Jawa Timur



Punden berundak adlaah bangunan yang berbentuk teras, makin ke atas makin kecil sebagai tempat pemujaan. Punden berundak ditemukan di Lebak sibedug, Banten. Punden berundak percaya sebagai cikal bakal pembuatan candi di Indonesia



Arca adalah bangunan dari batu yang berbentuk binatang dan manusia. Ditemukan di Dataran Tinggi Pasemah, Bangkinan, dan Sumatera Selatan.



Pandhusa adalah semacam dolmen yang bagian bawahnya berisi kubur batu.



Ok, itu tadi adalah Pembabagan jaman praaksara berdasarkan arkeologi atau peninggalannya. Dan karena mungkin hasil post saya kurang sempurna, saya minta kritik dan saran dari teman-teman semua. Dan selamat membaca, semoga bermanfaat :)



 
COPYRIGHTED © NEENA NARENDRA DAFFA | RENNAFA.BLOGSPOT.COM | 2013 ALL RIGHTS RESERVED