Asal Usul Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Manusia purbe berkembang dalam hal Budaya,
Biologi, dan geografi. Species Homo erectus yang ditemukan di Indonesia sekitar
2 juta tahun lalu, ketika curah hujan di dataran Sunda dan Sahul sangat besar
Kehidupan Awal Manusia
Sejarah perkembangan bumi berdasarkan kulit
bumi
1.
Zaman Arkaekum:
Bumi
masih dalam proses pembentukan menjadi padat, suhu bumi sangat tinggi. TIdak
ada kehidupan sama sekali
2.
Zaman Paleozoikum:
Suhu
bumi mulai mendingin, mulai muncul tanda tanda kehidupan, mikroorganisme,
sedikit ikan, reptile.
3.
Zaman Mesozoikum:
Perkembangan
mahluk hidup mulai berkembangan dengan pesat. Mulai muncul berbagai jenis ikan
dan reptile, serta reptile raksasa.
4.
Zaman Neozoikum:
Kehidupan
berkembang lebih pesat sehingga dibagi menjadi 2
a.
Zaman Tertier:
Mulai
Berkembang pesat mahluk hidup, tanaman hijau, berbagai kera, babi, kuda,
Gigantropus.
b.
Zaman Kuarter:
Zaman
penting. Tanda tanda kehidupan manusia mulai muncul. Zaman ini dibagi menjadi 2
lagi
·
Kala Plestocen:
Disebut
juga zaman es. Mulai muncul manusia Purba, suhu bumi sangat rendah hanya yang
memiliki rambut tebal di seluruh tebal dapat bertahan.
·
Kala Holocen:
Disebut
juga zaman banjir. Mulai muncul manusia cerdas, mulai memikirkan cara
beradaptasi.
Dari zaman Plestocen ke Holocen banyak daratan
yang terpisah, termasuk daratan Indnesia. Indonesia bagian barat terpisah dari
Asia disebut paparan sunda. Sedangkan Indonesia bagian timur terpisah dari
Australia membentuk paparan Sahul. Perpindahan ini mungkin disebabkan karena
naiknya air laut akibat es yang mencair.
Perkembangan Kebudayaan Masyarakat
Awal Indonesia pada Zaman Batu
Zaman Paleolithikum (berlangsung selama kala
Holocen)
·
Ciri Kehidupan
a.
Hidup
dengan berburu dan mengumpulkan makanan, serta menangkap ikan
b.
Alat
masih kasar
c.
Berpindah
– pindah (nomaden)
d.
Hidup
berkelompok (3-10 orang)
·
Hasil
Kebudayaan
a.
Kebudayaan
Pacitan
i.
Kapak
genggam
ii.
Kapak
perimba
iii.
Alat
serpih
b.
Kebudayaan
Ngandong
i.
Alat
dari tulang dan tanduk rusa (penusuk, pengorek, dsb)
ii.
Flakes/serpih
bilah dari batu indah
iii.
Lukisan
di gua berupa tapak tangan dan babi hutan
·
Pendukung
Kebudayaan
a.
Pithecanthropus
erectus
b.
Megantropus
paleojavanicus
c.
Homo
soloensis
d.
Homo
wajakensis
Zaman Mesolithikum (berlangsung selama kala Plestocen)
·
Ciri
Kehidupan
a.
Hidup
semi sedenter
b.
Pengembangan
dari alat – alat zaman Paleolithikum
c.
Bercocok
tanam dengan sederhana, dan dilakukan berpindah – pindah.
·
Hasil
Kebudayaan
a.
Kebudayaan
Pebble
i.
Kjokken
moddinger
ii.
Pebble
iii.
Hachecourt
b.
Kebudayaan
bone
i.
Banyak
ditemukan alat – alat dari tulan
c.
Kebudayaan
Flakes
i.
Abis
sous roche
ii.
Flakes
dan ujung panah dari batu indah
d.
Kebudayaan
Bac Son hoa Binh
i.
Kebudayaan
pebble dan perunggu
·
Pendukung
Kebudayaan
a.
Homo
sapiens ras Papua melanosoid.
Di
Jaman Mesolithikum Terjadi
gelombang masuk manusia purba melonosoid dan daerah teluk tonkin, vietnam,
melalui jalur fhilipina, malaysia dan indonesia. Sisa keturunan bangsa
melonosoid yang masih ditemukan, antara lain orang sakai di siak, orang aeta di
filipina, orang semang di malaysia, dan orang papua melonosoid di indonesia
Zaman Neolithikum (Dijadikan dasar kebudayaan Indnesia karena
penginggalan kebudayaan zaman ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia)
·
Ciri
Kehidupan
a.
Hidup
dengan bertempat tinggal di rumah sederhana / mulai membentuk perkampungan
b.
Hidup
dengan bercocok tanam dan beternak
c.
Alat
– alat sudah halus
·
Hasil
Kebudayaan
a.
Kapak
persegi
b.
Kapak
batu
c.
Kapak
lonjong
d.
Alat
– alat perhiasan
e.
Tembikar
f.
Gerabah
·
Pendukung
Kebudayaan
a.
Homo
sapiens ras proto melayu (pendukung kebudayaan kapak persegi)
b.
Homo
sapiens ras Papua Melanosoid (pendukung kebudayaan kapak lonjong)
Pada
jaman Neolithikum terjadi
perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu tua (proto melayu) dari
daerah yunan, china, melalui jalur semenanjung malaya, indonesia, filipina, dan
formosa. Kebudayaan neolithikum, khususnya jenis kebudayaan kapak persegi dan
kapak lonjong.
Zaman Megalithikum
·
Ciri
Kehidupan
a.
Dapat
membuat kebudayaan dari batu – batu besar
b.
Mulai
mengenal system kepercayaan
c.
Berkembang
sejak zaman Neolithikum sampai zaman perunggu
·
Hasil
Kebudayaan
a.
Menhir
b.
Dolmen
c.
Sakrofagus
d.
Waruga
e.
Punden
berundak
f.
Peti
kubur batu
·
Pendukung
Kebudayaan
a.
Homo
sapiens ras proto melayu
b.
Homo
sapiens ras Papua Melanosoid
Pada
jaman Perundagian ini terjadi
perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa melayu muda ( deutero melayu )
dari daerah teluk tonkin, vietnam ke daerah daerah di sebelah selatan vietnam,
termasuk indonesia.
Bangsa ini merupakan pendukung
kebudayaan perunggu, terutama kapak corong nekara , moko, bejana perunggu, dan
arca perunggu. Kebudayaannya sering disebut kebudayaan Don son karena berasal
dari donson teluk tonkin)
(http://sejarah-interaktif.blogspot.com/2011/12/asal-usul-dan-persebaran-nenek-moyang.html
(pukul 05 41sabtu 2-2-2013)
Perkembangan budaya zaman logam
Dibagi 3:
·
Tembaga
·
Perunggu
·
Besi
Teknik pengolahan logam
1.
Teknik
Bivalve (Teknik menggunakan 2 cetakan)
Proses:
2 cetakan disediakan à ikat cetakan yang satu dengan yang
lain namun sisakan rongga à isi rongga dengan cairan perunggu à
kemudia dinginkan dan bekukan cairan à setelah beku, kedua cetakan dilepas
à jadilah benda perunggu.
2.
Teknik
A cire Perdue (Teknik menggunakan model lilin)
Proses:
Sediakan model dari lilin à lilin dilapisi dengan tanah liat
dan bagian bawah diberi lubang à llin dan tnah liat dipanasi hingga meleleh
à seteleh lilin meleleh maka ada rongga dalam
tanah liat à rongga diisi cairan perunggu à
tunggu cairan beku à lapisan tanah liat dibuang à
jadi benda perunggu.
Kala
|
Jenis Manusia
|
Kala
Holocen
|
Homo
Sapiens (manusia cerdas)
|
Kala
Plestocen atas
|
Homo
Soloensis
|
Homo
Wjakensis
|
|
Kala
Plestocen tengah
|
Pithecantropus
erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
|
Kala
Plestocen bawah
|
Pithecantropus
robustus (manusia kera yang kuat)
Pithecantropus
mojokertensis (manusia kera dari mojokerto)
Megantrophus
paleojavanicus (manusia kera besar dari Jawa)
|
Nenek moyang Indonesia dan
persebarannya
Nenek moyang kita berasala dari Yunan selatan.
Orang – orang itu bermigrasi dari pulau ke pulau dengan perahu bercadik untuk sampai ke pulau pulau sebelah selatan (AUSTRONESIA).
Austro = Selatan ; Nesia = Pulau.
Orang – orang yang berlayar sampai ke kepulauan
nusantara disebut bangsa melayu.
Bangsa Indonesia termasuk ras
Mongoloid terutama Malayan Mongoloid. Ras Mongoloid mempunyai 3 subras yaitu:
1. Asiatik Mongoloid (Cina,Jepang,Korea)
2. Malayan Mongoloid (Melayu)
3. American Mongoloid (Suku
Indian)
Sebelum bangsa Melayu Austronesia
masuk ke Indonesia, wilayah Indonesia sudah ada suku Weddid dan Negrito. Kedua
suku tersebut berasal dari daerah Tonkin.
Dari Tonkin kemudian menyebar ke
Hindia Belanda, Indonesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik.
Bangsa Melayu
·
Dari
arah Yunan selatan (bangsa Proto melayu)
·
Dari
arah dongson (Bangsa Deutero melayu)
Proto
Melayu
|
Deutero
Melayu
|
|
Waktu Masuk
|
Masuk 1500 SM
|
Masuk 500 SM
|
Jalur Masuk
|
Melalui 2 jalur
·
Barat: melayu à Sumatra
·
TImur: filiphina à sulawsi utara
|
Melalui
Jalur Barat: melayu à Sumatra
|
Masa kebudayaan
|
Neolithikum
|
Zaman Perunggu
|
Peninggalan
|
·
Kapak persegi (dari barat)
·
Kapak Lonjong (dari timur)
|
·
Kapak Corong
·
Nekara
|
Keturunan
|
Batak & Toraja
|
Jawa, sumatera,
& Kalimantan
|
Ras Di Indonesia
dibagi menjadi 2:
Ras Mongoloid
|
Ras Austromelanosoid
|
·
Orang – orang yang tinggal di utara & barat
·
Bangsa proto melayu dan deuteron melayu masuk dalam ras ini.
·
Ciri – cirri:
1.
Kulit: Kuning – kecoklatan
2.
Mata: Agak sipit
3.
Hidung: Sedang
4.
Bentuk wajah: Bulat
5.
Dahi: lurus
|
·
Orang – orang yang tinggal di utara & barat
·
Bangsa proto melayu dan deuteron melayu masuk dalam ras ini.
·
Ciri – cirri:
1.
Kulit: kecoklatan - gelap
2.
Mata: bulat
3.
Hidung: besar
4.
Bentuk wajah: lonjong
5.
Dahi: menonjol ke depan
|
Pengaruh
Budaya Bacson Hoabinh dan Dongson dengan perkembangan budaya masyarakat di
kepulauan Indonesia
Masuknya
kebudayaan asing merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam
kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan
Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabich, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India.
Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di
daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai
Ma, Ca, dan Sungai Merah, sedang masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian
Salatan. Ada pada tahun 40.000 SM- 500 SM. Kebudayaan tersebut berasal dari
zaman Pleistosein akhir. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung
antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis
kebudayaan Megalithikum (batu besar), Mesolitikum (batu madya), Neolithikum
(batu halus), dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan
tersebut:
Jalur barat, dengan peninggalan berupa
kapak persegi
Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan
kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di
Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
A.
Budaya Bacson-Hoabinh
Diperkirakan
berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM. Awalnya
masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunkan alat dari gerabah yang sederhana
berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami dalam bentuk
batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong. Bentuknya
ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang berbentuk berpinggang.
Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat
dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi
terlipat serta ditaburi zat warna merah.
Ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah
Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh. Istilah
Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat pembuatan
alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua sisi permukaannya.
Batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan dan seringkali seluruh
tepiannya menjadi bagian yang tajam. Ditemukan di seluruh wilayah Asia
Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi
Selatan, antara 1800 dan 3000 tahun yang lalu.
Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan
Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan
Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di
Sumatera letaknya di daerah Lhokseumawe dan Medan.
Penyelidikan tentang persebaran kapak
Sumatera dan kapak Pendek membawa kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana
ditemukan pusat kebudayaan Prasejarah di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh
yang letaknya saling berdekatan.
Alat-alat yang ditemukan di daerah tersebut
menunjukkan kebudayaan Mesolitikum. Dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan
secara kasar. Terdapat pula kapak yang sudah diasah tajam, hal ini menunjukkan
kebudayaan Proto Neolitikum. Diantara kapak tersebut terdapat jenis pebbles
yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek. Mme Madeline Colani, seorang ahli
prasejarah Perancis menyebutkan/ memberi nama alat-alat tersebut sebagai
kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Tonkin merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara. Dari daerah tersebut
kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat)
dan Thailand. Di Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoid dan
Europaeide. Selain itu ada jenis Mongoloid dan Australoid.
Bangsa Papua Melanosoid, merupakan bangsa
yang daerah penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang, Indonesia
hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan
Mesolitikum yang belum di asah (pebbles).
Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang
memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
Bangsa Austronesia, merupakan percampuran
dari bangsa Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini
tersebar ke seluruh Kepulauan Indonesia.
Ciri khas alat kebudayaan Bacson-Hoa Bihn
adalah penyerpihan pada satu sisi atau dua sisi permukaan batu kali yang
berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepinya menjadi bagian
yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk seperti
lonceng, segi empat, segitiga dan beberapa diantaranya ada yang mempunyai
bentuk berpinggang. Menurut C.F Goraman
penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalm pengalian di
pegunungan kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson
pegunungan Hoa-Bihn.
hasil kebudayaan di Vietnam, antara lain :
alat serpih (flakes)
alat dari tulang (pisau, mata tombak, mata panah, gurdi)
B.
Budaya Dong Son
Kebudayaan
Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara. Daerah ini
merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan
segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa
itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang
pertama.Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM.
Bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam.
Di daerah tersebut pada tahun
1920 ditemukan alat-alat perunggu diperkirakan berkaitan dengan kebudayaan
Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat di Indonesia. Meskipun
benda-benda perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong
(corong merupakan pangkal yang berongga untuk memasukkan tangkai atau
pegangannya) dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombok bertangkai, mata
panah, dan benda-benda kecil lainnya.
Kebudayaan
Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu,
nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi
Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng. Nekara
merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat
prasejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan
dan kebudayaan saat itu. Moko (sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil)
ditemukan di Pulau Alor. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Indonesia
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di
beberapa wilayah Indonesia daa terbanyak nekara ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan. Nekara
yang penting ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang
dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian
dianasti Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah).
Selain nekara
ditemukan juga benda-benda perunggu
lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun
perhiasan-perhiasan. Bagi Indonesia penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat
penting. Hal ini dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah
Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son, bukan
mendapat pengaruh budaya logam dari Cina maupun India.
Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan
dari bahan-bahan yang digunkan. Contoh: Nekara Tipe Heger I memiliki kesamaan
dengan nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam, dimana nekara ini memiliki
lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan dan pola geometris.
Dari penemuan benda budaya Dong Son diketahui cara pembuatannya dengan
menggunakn teknik cetak lilin.
Masa ini telah terjadi tukar menukar dan
perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah dari perunggu sebagai
komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol kemewahan dan alat-alat
sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia
melalui jalur Barat yaitu Semenanjung Malaya. Pembawa kebudayaan ini
adalah bangsa Austronesia. Pendapat
tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap:
- Zaman Neolithikum, berlangsung kurang
lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
- Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500
SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, nekara, dan candrasa.
Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut
menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:
-
Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak Pedalaman
- Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di
masyarakat Bali Aga dan Lombok
PERBEDAAN BUDAYA BACSON HOABINH DAN DONGSON
· BACSON HOABINH
1.
Hidup semi nomaden
2.
Zaman batu
3.
Ditemukan Kapak Genggam Mesolithikum
4.
Ditemukan Hache Courti ( Kapak pendek ) berbentuk bulat dan panjang
5.
Ditemukan batu gilingan kecil untuk menggiling makanan dan bahan pewarna
untuk berhias
6.
Ditemukan Kapak Proto Neolithikum ( halus )
7.
Seni lukisan pada gua dan kapak
· DONGSON
1.
Zaman logam
2.
Meningkat tajam kehidupan sosial manusia
3.
Meningkatnya penggunaan logam ( besi dan perunggu)
4.
Seni arca dari logam dengan tehnik cetakan lilin
5.
Seni nekara dari logam dengan tehnik setangkup
6.
Ditemukan Kapak Perunggu, Bejana Perunggu, dll.
7. Ditemukan Cangkul Besi, Mata Pisau, dll.
C. Kebudayaan Sa Huynh
Perkembangan, Pengaruh, Peradaban,
Alat-alat, Penemuan, Ciri-ciri, Persebaran - Selain kebudayaan Bacson-Hoabinh
dan Dong Son yang berada di utara Vietnam, ada pula kebudayaan yang berhubungan
dengan masyarakat Indonesia purba, yaitu kebudayaan Sa Huynh di selatan
Vietnam. Budaya Sa Huynh didukung oleh kelompok sosial yang berbahasa Cham
(Austronesia) yang diperkirakan berasal dari Indonesia. Penduduk yang mendiami
wilayah Sa Huynh ini diperkirakan berasal dari Semenenjung Melayu atau
Kalimantan.
Seorang arkeolog Vietnam mengemukakan bahwa sebelum munculnya budaya Sa
Huynh atau budaya turunan langsung dari Sa Huynh, daerah Vietnam Selatan telah
didiami oleh bangsa yang berbahasa Austronesia. Orang-orang Cham (Campa) pernah
mengembangkan peradaban yang dipengaruhi oleh budaya India. Kemudian mereka
dikalahkan oleh ekspansi yang dilakukan oleh penduduk mayoritas Vietnam
sekarang. Mereka yang tetap bertahan menjadi kelompok minoritas.
Keberadaan masyarakat Cham di dekat pusat-pusat penemuan benda-benda
logam di Vietnam Utara pada akhir masa prasejarah ini memiliki arti yang sangat
besar bagi masyarakat Indonesia. Mereka adalah kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan memiliki kedekatan fisik dengan orang
Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh yang diketahui hingga kini kebanyakan berbentuk
kuburan tempayan, yakni jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar. Penguburan
jenis ini merupakan adat yang mungkin dibawa oleh orang-orang Chamgelombang
pertama ke Indonesia karena penguburan dalam tempayan tak terdapat pada
kebudayaan Dong Son atau yang lain yang sezaman di daratan Asia Tenggara.
Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai, mulai dari Vietnam
Tengah selatan hingga ke delta lembah Sungai Mekong. Budaya Sa Huynh banyak
memiliki kesamaan dengan peninggalan yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi.
Hal ini diperkuat dengan adanya kemiripan bentuk anting-anting batu bertonjolan
(disebut “Lingling O”) dan jenis anting-anting yang khas atau bandul kalung
dengan kedua ujungnya berhiaskan kepala hewan (mungkin kijang) yang ditemukan
di sejumlah daerah di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan Serawak.
Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan mencakup berbagai perkakas
yang bertangkai corong, seperti sekop, tembilang, dan kapak. Ada pula yang
tidak memiliki corong, seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin
dan gelang berbetuk spiral. Teknologi pembuatan perkakas-perkakas dari besi di
wilayah Sa Huynh diperkirakan berasal dari Cina.
Perkakas besi ternyata lebih banyak dipergunakan dalam budaya Sa Huynh
dibanding dalam budaya Dong Son. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Sa
Huynh berupa perhiasan, gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan
pula beberapa manik-manik emas yang langka, manik-manik kaca dari batu agate
bergaris, manik-manik Carnelian (bundar, seperti cerutu), dan kawat perak.
Kebudayaan Sa Huynh ditafsir berlangsung antara tahun 600 SM hingga awal
Masehi.
BAB V KEDATANGAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
A. ASAL USUL NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
Untuk mengetahui asal nenek moyang bangsa Indonesia, kita bisa melalui 2
cara, yaitu melalui persebaran rumpun bahasa dan persebaran kebudayaan bercocok
tanam. Merujuk pada bidang linguistik, bahasa yang tersebar di Indonesia
termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan,
kesimpulan ini diambil berdasarkan bukti kesamaan artefak prasejarah yang
ditemukan diwilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak
yang ditemukan di Yunan, tampak bahwa sekitar 3000 SM masyarakat di wilayah
itu, telah mengenal bercocok tanam.
Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara. Tepatnya, di wilayah
Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang mengemukakan pendapat ini adalah
Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya
ke Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung dari tahun
3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang
kedua berlangsung antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi oleh pendapat
Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang
terdesak ke selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam dengan
berbagai argumen atau alasannya, seperti:
1. Prof. Dr. H. Kern
Dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan
bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan
Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa-bahasa yang digunakan di daerah
daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa
Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai
daerah-daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama
binatang dan alat-alat perang.
2. Van Heine Geldern
Berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia.
Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang
ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalanpeninggalan
kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
3. Prof. Mohammad Yamin
Berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah
Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefakartefak
manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad
Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan
tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin
telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa
dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang
bangsa Indonesia adalah manusia purba?
4. Hogen
Berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari
Sumatera. Banga ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa
Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke
wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu
(Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di
berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa.
Namun, sebelum nenek moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan
Indonesai, daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut
keriting. Bangsa-bangsa ini hingga sekarang menempati daerahdaerah Indonesia bagian
timur dan daerah-daerah Australia.
Sementara, sekitar tahun 1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang
berada di Campa terdesak oleh bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat.
Mereka berpindah ke Kamboja dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semenanjung
Malaka dan
daerah Filipina. Dari Semenanjung Malaka, mereka melanjutkan
perjalanannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sedangkan mereka yang
berada di Filipina melanjutkan perjalanannya ke daerah Minahasa dan
daerah-daerah sekitarnya.
Bertitik tolak dari pendapat-pendapat di atas, terdapat hal-hal yang
menarik tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.
Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan dan Campa.
Argumen ini merujuk pada pendapat Moh. Ali dan Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM
– 1500 SM terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa di Yunan dan Campa
sebagai akibat desakan bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Argumen
ini diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama binatang, dan nama peralatan
yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.
Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
Argumen ini merujuk pada pendapat Mohammad Yamin yang didukung dengan penemuan
fosil-fosil dan artefak-artefak manusia tertua di wilayah Indonesia dalam
jumlah yang banyak. Sementara, fosil dan artefak manusia tertua jarang
ditemukan di daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang ditemukan di Cina dan
diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari Indonesia, merupakan
satu-satunya penemuan fosil manusia tertua di daratan Asia.
Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun
bangsa Melayu. Oleh karena itu, bangsa Melayu ditempatkan sebagai nenek moyang
bangsa Indonesia. Argumen ini merujuk pada pendapat Hogen.
5. Williem Smith
Berpendapat bahwa asal-usul
bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh orang-orang Indonesia.
6.
Drs. Moh. Ali
Berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan, China. Pendapat
ini dipengaruhi oleh pendapat Mens
yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang
terdesak oleh bangsa-bangsa luar sehingga mereka pindah ke selatan , termasuk
ke Indonesia.
7.
Prof. Dr. Krom
Menyatakan bahwa masyarakat awal bangsa Indonesia berasal dari ChiNA
tengah karena daerah Cina Tengah banyak terdapat sumber sungai besar.
8.
Dr. Brandes
Berpendapat bahwa suku-suku yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki
persamaan dengan bangsa-bangsa yang bermukim di daerah-daerah yang membentang
dari sebelah utara Pulau Formosa di Taiwan, sebelah barat Pulau Madagaskar;
sebelah selatan yaitu Jawa, Bali; sebelah timur hingga ke tepi pantai bata
Amerika. Brandes melakukan penelitian ini berdasarkan perbandingan bahasa.
9.
Max Muller
Berpendapat lebih spesifik, yaitu bahwa bangsa Indonesia berasal dari
daerah Asia Tenggara. Namun, alasan Muller tak didukung oleh alasan yang jelas.
10.
Mayundar
Berpendapat bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari
India, lalu menyebar ke wilayah Indocina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.
Teori Mayundar ini didukung oleh penelitiannya bahwa bahasa Austria merupakan
bahasa Muda di India bagian timur.